Jumat, 29 Agustus 2014

PERMAINAN PENJAS Untuk Sekolah Dasar

MACAM-MACAM PERMAINAN YANG BISA DIGUNAKAN DI PENJAS


Melalui permainan yang menarik seorang siswa akan mengikuti pembelajaran penjas dengan perasaan yang senang. Untuk itu guru penjas dituntut lebih kreatif dalam menciptakan permainan-permainan dalam pembelajarannya dan juga mengetahui teori bermain dalam penjas. Berikut contoh permainan-permainan yang dapat dikembangkan dalam penjas.

a. Menarik ular.
Anak dibagi dalam kelompok, kelompok harus dibuat genap, karena tiap dua kelompok diharuskan berebut menarik ular. Anak yang paling depan pada tiap kelompok yang berhadapan saling berpegangan tangan dengan dua tangan. Anak yang ada dibelakang berpegang pada pinggang temannya yang ada di depannya. Tapi kepala ular pada kesiapannya harus berdiri pada garis batasnya. Guru memberi aba: Siap ....... Ya. Mulailah kedua kelompok yang saling berhadapan saling menarik kelompok lawannya. Regu dianggap menang, bila dapat menarik lawan sehingga anak yang paling depan dari lawannya menginjak garis batas kelompoknya, atau ikatan pegangan dari lawannya terlepas.
Permainan tersebut sangat baik bagi klas III keatas.Sifat permainan, latihan kekuatan otot lengan dan tungkai, serta memupuk kerja sama antar anggota kelompok.

b. Menjala ikan
Dua kelompok yang masing-masing terdiri dari lima orang anak, bertugas sebagai jala, dan sisanya sebagai ikan. Ikan dianggap terjala bila dapat dilingkari oleh jala dengan saling berpegang tangan. Ikan yang terjala dibawa ke kolam penyimpanan bila telah berjumlah lima orang, sebuah jala dapat diganti. Ke dua jala dapat segera menjadi satu bila kiranya dipandang perlu untuk menjala ikan yang lebih banyak.
Pemainan ini dapat dimainkan oleh anak klas I sampai klas VI, bagi anak klas rendah permainan ini dapat menapakan latihan daya tahan dan kelincahan, sedang bagi anak klas tinggi sekolah dasar merupakan latihan pemanasan.

c. Adu kuat.
Klas dibagi lima, dan tiap kelompok memasuki lingkaran yang sudah disediakan. Tiap anak dalam satu kelompok saling bermusuhan, dengan berusaha mengeluarkan lawan dari lingkaran. Cara mengeluarkan lawan hanya boleh mendorong dengan bahu, yang harus dikenakan dengan bahu lawan salah satu kaki harus selalu diangkat dan ditekuk ke atas, serta dipegang dengan tangan yang searah dengan kaki yang ditekuk. Siku tangan yang lain harus tetap melekat pada pinggang. Anak dianggap kalah bila menginjak garis lingkaran, atau ke luardari lingkaran Anak yang kalah harus menunggu di luar sehingga adu kuat selesai, ialah tinggal ada seorang pemain saja yang ada di dalam lingkaran. Bila tiap lingkaran sudah dapatditentukan pemenangnya, dilanjutkan dengan perebutan gelar. "raja kuat" dengan mempertandingkan para pemenang kelompok. Permainan ini sangat baik bagi anak klas tinggi sekolah dasar. Sifat latihan kekuatan, dan keseimbangan.
d. Berburu kijang.
Lapangan lebih kurang 7 x 7 m. Alat sebuah bola atau dua buah bola untuk bola tangan atau bola tenis. Delapan orang anak bertugas sebagai penembak, sedang sisa siswa yang lain berperanan sebagai kelinci. Tembakan harus dilakukan dengan lemparan ayunan bawah, yang dilakukan dengan menginjak garis lapangan, pada tiap sisi lapangan ada dua orang penembak. Bila kijang kena tembak, ganti menjadi Permainan ini dapat dimainkan oleh anak dari klas I sampai klas VI. Sifat permainan, kelentukan sendi bahu dan koordinasi para penembak, serta kelincahan dari kelentukan bagi para kijang untuk menghindari tembakan.
e. Tiga serangkai
Anak membuat kelompok yang terdiri dari tiga orang. Mereka mengaitkan kaki kanannya dibelakang pangkal paha mereka, dengan ketinggian kira-kira setinggi pangkal paha, sehingga mereka berdiri di atas kaki kirinya. Setelah kaitan dianggap baik lomba dapat dimulai. Dengan irama tepukan tangan para peserta lomba anak dalam satu kelompok itu berjengket seirama dengan tepukan tangan, sambil mengucapkan sair atau nyanyian. Adapun sair itu sebagai berikut:
" Satu hati, satu hati "
" Seirama satu gerak "
" Kena badai tersiram air "
" Tidak goyah tetap tegak "
Irama dapat dipercepat, sehingga jengket mereka dapal makin cepat pula. Regu yang kaitan kakinya lepas dianggap kalah.
Permainan ini dapat dimainkan untuk klas I sampai klas VI. Sifat permainan ini; latihan kekuatan otot tungkai, koordinasi, dan kerjasama antar teman
Banyak teori dikembangkan untuk menerangkan tentang bermain. Tiap teori yang dirumuskan kebanyakan menyinarkan semangat, dan menggambarkan kekuasaan pada saat teori permainan itu dirumuskan. Adapun teori tersebut merupakan pendapat para pakar psikologi dan biologi. Ada pula yang mengkategorikan teori- teori ini dalam kelompok teori klasik, sebab teori- teori ini kebanyakan diutarakan sebelum abad ke dua puluh. Bigot, Kohnstam dan Palland (1950 : 272-275), dan Rob dengan Leertouwer (1990 : 17-19) mengutarakan beberapa pendapat para pakar tentang bermain sebagai berikut :

1. Teori rekreasi atau teori pelepasan

Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman, yang bernama Schaller dan Lazarus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan tiidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat. Orang yang merasa penat, ia akan bermain untuk mengadakan pelepasan agar dapat mengembalikan kesegaran jasmani maupun rokhani.

2. Teori surplus atau teori kelebihan tenaga

Teori ini diutarakan oleh Herbert Spencer, seorang bangsa Inggris, ia mengatakan bahwa kelebihan tenaga (kekuatan, atau vitalitas) pada anak atau orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup, dan vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memelihara lewat permainan.

3. Teori teleologi.

Karl Groos, seorang bangsa Jerman, mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas biologik, yang mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk hidup yang akan datang. Pengutaraan teori ini merupakan pengutaraan yang paling terkenal dan pengutaraan tentang permainan yang dapat diterima.

4. Teori sublimasi

Teori ini diutarakan oleh seorang bangsa Swis yang bemama Ed Claparede. Ia mengutarakan bahwa permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup (teori Groos), tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi, atau indah), ialah dengan bermain, insting rendah akan menjadi tingkat perbuatan yang tinggi.

5. Teori Buhler

Carl Buhler seorang Jerman, mengatakan bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup (teori Groos), juga merupakan "Funktion Lust" (nafsu berfungsi), dan juga merupakan "Aktivitats Drang" (kemauan untuk aktif). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, lari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupannya kelak, di samping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, lari, dan lompat.

6. Teori Reinkarnasi

Di samping ke lima teori tersebut, ada suatu teori lain yang masih banyak dibicarakan orang ialah teori reinkamasi. Adapun maksud teori tersebut ialah bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Jadi anak selalu bermain pernlainan yang telah dilakukan orang-orang terdahulu. Teori ini sebenarnya telah usang karena sekarang banyak anak bermain dengan permainan baru sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.

Teori bermain yang tersebutkan tadi merupakan sebagian dari usaha penelaahan tentang bermain yang kiranya dapat digunakan dalam usaha Pendidikan. Teori yang bermacam-macam itu masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak ada perkaitan antara yang satu dengan yang lain, namun juga tidak bertentangan.Memang ada beberapa teori yang sedikit mencakup dan menerima teori yang lain dan membubuhi teorinya sendiri sehingga menjadi teori yang lebih baik. Ada juga para pakar lain yang mengkritik teori-teori tadi, tetapi perkembangan teori bermain sebagai wahana Pendidikan banyak sedikitnya didorong atau dijiwai oleh teori-teori klasik ini. Adapun beberapa pendapat tentang teori bermain sebagai wahana Pendidikan dibicarakan pada bagian berikut ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar