Melalui
permainan yang menarik seorang siswa akan mengikuti pembelajaran penjas
dengan perasaan yang senang. Untuk itu guru penjas dituntut lebih kreatif dalam
menciptakan permainan-permainan dalam pembelajarannya dan juga mengetahui teori
bermain dalam penjas. Berikut contoh permainan-permainan
yang dapat dikembangkan dalam penjas.
a. Menarik ular.
Anak dibagi dalam kelompok, kelompok harus dibuat genap, karena tiap dua kelompok diharuskan berebut menarik ular. Anak yang paling depan pada tiap kelompok yang berhadapan saling berpegangan tangan dengan dua tangan. Anak yang ada dibelakang berpegang pada pinggang temannya yang ada di depannya. Tapi kepala ular pada kesiapannya harus berdiri pada garis batasnya. Guru memberi aba: Siap ....... Ya. Mulailah kedua kelompok yang saling berhadapan saling menarik kelompok lawannya. Regu dianggap menang, bila dapat menarik lawan sehingga anak yang paling depan dari lawannya menginjak garis batas kelompoknya, atau ikatan pegangan dari lawannya terlepas.
a. Menarik ular.
Anak dibagi dalam kelompok, kelompok harus dibuat genap, karena tiap dua kelompok diharuskan berebut menarik ular. Anak yang paling depan pada tiap kelompok yang berhadapan saling berpegangan tangan dengan dua tangan. Anak yang ada dibelakang berpegang pada pinggang temannya yang ada di depannya. Tapi kepala ular pada kesiapannya harus berdiri pada garis batasnya. Guru memberi aba: Siap ....... Ya. Mulailah kedua kelompok yang saling berhadapan saling menarik kelompok lawannya. Regu dianggap menang, bila dapat menarik lawan sehingga anak yang paling depan dari lawannya menginjak garis batas kelompoknya, atau ikatan pegangan dari lawannya terlepas.
Permainan
tersebut sangat baik bagi klas III keatas.Sifat permainan, latihan kekuatan
otot lengan dan tungkai, serta memupuk kerja sama antar anggota kelompok.
b. Menjala ikan
Dua kelompok yang masing-masing terdiri
dari lima orang
anak, bertugas sebagai jala, dan sisanya sebagai ikan. Ikan dianggap terjala bila
dapat dilingkari oleh jala dengan saling berpegang tangan. Ikan yang terjala
dibawa ke kolam penyimpanan bila telah berjumlah lima orang, sebuah jala dapat
diganti. Ke dua jala dapat segera menjadi satu bila kiranya dipandang perlu
untuk menjala ikan yang lebih banyak.
Pemainan ini dapat dimainkan
oleh anak klas I sampai klas VI, bagi anak klas rendah permainan ini dapat
menapakan latihan daya tahan dan kelincahan, sedang bagi anak klas tinggi
sekolah dasar merupakan latihan pemanasan.
c. Adu kuat.
Klas dibagi lima, dan tiap kelompok memasuki lingkaran
yang sudah disediakan. Tiap anak dalam satu kelompok saling bermusuhan, dengan
berusaha mengeluarkan lawan dari lingkaran. Cara mengeluarkan lawan hanya boleh
mendorong dengan bahu, yang harus dikenakan dengan bahu lawan salah satu kaki
harus selalu diangkat dan ditekuk ke atas, serta dipegang dengan tangan yang
searah dengan kaki yang ditekuk. Siku tangan yang lain harus tetap melekat pada
pinggang. Anak dianggap kalah bila menginjak garis lingkaran, atau ke luardari
lingkaran Anak yang kalah harus menunggu di luar sehingga adu kuat selesai,
ialah tinggal ada seorang pemain saja yang ada di dalam lingkaran. Bila tiap
lingkaran sudah dapatditentukan pemenangnya, dilanjutkan dengan perebutan
gelar. "raja kuat" dengan mempertandingkan para pemenang kelompok.
Permainan ini sangat baik bagi anak klas tinggi sekolah dasar. Sifat latihan
kekuatan, dan keseimbangan.
d. Berburu kijang.
Lapangan lebih kurang 7 x 7 m. Alat sebuah bola
atau dua buah bola untuk bola tangan atau bola tenis. Delapan orang anak
bertugas sebagai penembak, sedang sisa siswa yang lain berperanan sebagai
kelinci. Tembakan harus dilakukan dengan lemparan ayunan bawah, yang dilakukan
dengan menginjak garis lapangan, pada tiap sisi lapangan ada dua orang
penembak. Bila kijang kena tembak, ganti menjadi Permainan ini dapat dimainkan
oleh anak dari klas I sampai klas VI. Sifat permainan, kelentukan sendi bahu
dan koordinasi para penembak, serta kelincahan dari kelentukan bagi para kijang
untuk menghindari tembakan.
e. Tiga serangkai
Anak membuat kelompok yang terdiri dari
tiga orang. Mereka mengaitkan kaki kanannya dibelakang pangkal paha mereka,
dengan ketinggian kira-kira setinggi pangkal paha, sehingga mereka berdiri di
atas kaki kirinya. Setelah kaitan dianggap baik lomba dapat dimulai. Dengan
irama tepukan tangan para peserta lomba anak dalam satu kelompok itu berjengket
seirama dengan tepukan tangan, sambil mengucapkan sair atau nyanyian. Adapun sair itu
sebagai berikut:
" Satu hati, satu
hati "
" Seirama satu
gerak "
" Kena badai
tersiram air "
" Tidak goyah
tetap tegak "
Irama dapat dipercepat,
sehingga jengket mereka dapal makin cepat pula. Regu yang kaitan kakinya lepas
dianggap kalah.
Permainan ini dapat dimainkan
untuk klas I sampai klas VI. Sifat permainan ini; latihan kekuatan otot tungkai,
koordinasi, dan kerjasama antar teman
Banyak teori
dikembangkan untuk menerangkan tentang bermain. Tiap teori yang dirumuskan
kebanyakan menyinarkan semangat, dan menggambarkan kekuasaan pada saat teori
permainan itu dirumuskan. Adapun
teori tersebut merupakan pendapat para pakar psikologi dan biologi. Ada pula
yang mengkategorikan teori- teori ini dalam kelompok teori klasik, sebab teori-
teori ini kebanyakan diutarakan sebelum abad ke dua puluh.
Bigot, Kohnstam dan Palland (1950 : 272-275), dan Rob dengan Leertouwer (1990 :
17-19) mengutarakan beberapa pendapat para pakar tentang bermain sebagai
berikut :
1. Teori rekreasi atau teori pelepasan
Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman, yang bernama Schaller dan Lazarus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan tiidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat. Orang yang merasa penat, ia akan bermain untuk mengadakan pelepasan agar dapat mengembalikan kesegaran jasmani maupun rokhani.
2. Teori surplus atau teori kelebihan tenaga
Teori ini diutarakan oleh Herbert Spencer, seorang bangsa Inggris, ia mengatakan bahwa kelebihan tenaga (kekuatan, atau vitalitas) pada anak atau orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup, dan vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memelihara lewat permainan.
3. Teori teleologi.
Karl Groos, seorang bangsa Jerman, mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas biologik, yang mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk hidup yang akan datang. Pengutaraan teori ini merupakan pengutaraan yang paling terkenal dan pengutaraan tentang permainan yang dapat diterima.
4. Teori sublimasi
Teori ini diutarakan oleh seorang bangsa Swis yang bemama Ed Claparede. Ia mengutarakan bahwa permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup (teori Groos), tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi, atau indah), ialah dengan bermain, insting rendah akan menjadi tingkat perbuatan yang tinggi.
5. Teori Buhler
Carl Buhler seorang Jerman, mengatakan bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup (teori Groos), juga merupakan "Funktion Lust" (nafsu berfungsi), dan juga merupakan "Aktivitats Drang" (kemauan untuk aktif). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, lari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupannya kelak, di samping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, lari, dan lompat.
6. Teori Reinkarnasi
Di samping ke lima teori tersebut, ada suatu teori lain yang masih banyak dibicarakan orang ialah teori reinkamasi. Adapun maksud teori tersebut ialah bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Jadi anak selalu bermain pernlainan yang telah dilakukan orang-orang terdahulu. Teori ini sebenarnya telah usang karena sekarang banyak anak bermain dengan permainan baru sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teori bermain yang tersebutkan tadi merupakan sebagian dari usaha penelaahan tentang bermain yang kiranya dapat digunakan dalam usaha Pendidikan. Teori yang bermacam-macam itu masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak ada perkaitan antara yang satu dengan yang lain, namun juga tidak bertentangan.Memang ada beberapa teori yang sedikit mencakup dan menerima teori yang lain dan membubuhi teorinya sendiri sehingga menjadi teori yang lebih baik. Ada juga para pakar lain yang mengkritik teori-teori tadi, tetapi perkembangan teori bermain sebagai wahana Pendidikan banyak sedikitnya didorong atau dijiwai oleh teori-teori klasik ini. Adapun beberapa pendapat tentang teori bermain sebagai wahana Pendidikan dibicarakan pada bagian berikut ini.
1. Teori rekreasi atau teori pelepasan
Teori ini diutarakan oleh bangsa Jerman, yang bernama Schaller dan Lazarus, menerangkan bahwa permainan itu merupakan kegiatan manusia yang berlawanan dengan kerja dan kesungguhan tiidup, tetapi permainan itu merupakan imbangan antara kerja dengan istirahat. Orang yang merasa penat, ia akan bermain untuk mengadakan pelepasan agar dapat mengembalikan kesegaran jasmani maupun rokhani.
2. Teori surplus atau teori kelebihan tenaga
Teori ini diutarakan oleh Herbert Spencer, seorang bangsa Inggris, ia mengatakan bahwa kelebihan tenaga (kekuatan, atau vitalitas) pada anak atau orang dewasa yang belum digunakan, disalurkan untuk bermain. Kelebihan tenaga dimaksudkan sebagai kelebihan energi, kelebihan kekuatan hidup, dan vitalitas, yang dianggap oleh manusia untuk memelihara lewat permainan.
3. Teori teleologi.
Karl Groos, seorang bangsa Jerman, mengatakan bahwa permainan mempunyai tugas biologik, yang mempelajari fungsi hidup sebagai persiapan untuk hidup yang akan datang. Pengutaraan teori ini merupakan pengutaraan yang paling terkenal dan pengutaraan tentang permainan yang dapat diterima.
4. Teori sublimasi
Teori ini diutarakan oleh seorang bangsa Swis yang bemama Ed Claparede. Ia mengutarakan bahwa permainan bukan hanya mempelajari fungsi hidup (teori Groos), tetapi juga merupakan proses sublimasi (menjadi lebih mulia, tinggi, atau indah), ialah dengan bermain, insting rendah akan menjadi tingkat perbuatan yang tinggi.
5. Teori Buhler
Carl Buhler seorang Jerman, mengatakan bahwa permainan itu kecuali mempelajari fungsi hidup (teori Groos), juga merupakan "Funktion Lust" (nafsu berfungsi), dan juga merupakan "Aktivitats Drang" (kemauan untuk aktif). Selanjutnya ia mengatakan bahwa bila perbuatan seperti berjalan, lari, dan lompat itu mempunyai kegunaan bagi kehidupannya kelak, di samping itu haruslah anak mempunyai kemauan untuk berjalan, lari, dan lompat.
6. Teori Reinkarnasi
Di samping ke lima teori tersebut, ada suatu teori lain yang masih banyak dibicarakan orang ialah teori reinkamasi. Adapun maksud teori tersebut ialah bahwa anak-anak selalu bermain dengan permainan yang dilakukan oleh nenek moyangnya. Jadi anak selalu bermain pernlainan yang telah dilakukan orang-orang terdahulu. Teori ini sebenarnya telah usang karena sekarang banyak anak bermain dengan permainan baru sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Teori bermain yang tersebutkan tadi merupakan sebagian dari usaha penelaahan tentang bermain yang kiranya dapat digunakan dalam usaha Pendidikan. Teori yang bermacam-macam itu masing-masing berdiri sendiri-sendiri, tidak ada perkaitan antara yang satu dengan yang lain, namun juga tidak bertentangan.Memang ada beberapa teori yang sedikit mencakup dan menerima teori yang lain dan membubuhi teorinya sendiri sehingga menjadi teori yang lebih baik. Ada juga para pakar lain yang mengkritik teori-teori tadi, tetapi perkembangan teori bermain sebagai wahana Pendidikan banyak sedikitnya didorong atau dijiwai oleh teori-teori klasik ini. Adapun beberapa pendapat tentang teori bermain sebagai wahana Pendidikan dibicarakan pada bagian berikut ini.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar